LAPORAN PRAKTIKUM

“pengamatan terhadap hama penyerang ikan “

Dan

“Mengidentifikasi gejala serangan penyakit terhadap tinggkah laku ikan”

Hama dan Penyakit Ikan

Disusun Oleh :

ELFIAN PERMANA

Budidaya Peraiaran

Program Pendidikan D4 Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Pertanian Vedca Cianjur

Joint

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah berkesempatan dalam memberikan limpahan kesehatan, rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan yang berjudul “Analisa Kadar Protein Ikan Nila” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Laporan ini disusun dalam hal tugas Mata Kuliah Hama penyakit Ikan. Atas tersusunnya makalah ini, penulis ucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Intan Rahima Sary. S.st.Pi M.si , Ibu Ir Susilawati dan Ibu Leli Lisnawati, S.pi

2. Kedua orang tua tercinta yang selalau memberikan do’a dan dukungannya`.

3. Semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terlalu banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya harap kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi makalah ini bisa lebih baik lagi. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam dalam hal ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Cianjur, 29 April 2013

Penulis

Elfian Permana

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1. Ikan Koi 3

2.2 Hama 3

2.2.1 Ular 5

2.2.3 ikan seribu 8

2.2.4 Keong emas 8

2.3 Penyakit 9

2.3.1. Ciri-ciri penyakit 9

2.3.2. pengendalian penyakit 10

2.4 Faktor kondisi 12

2.5 kualitas air 13

2.6 Parameter Fisika 14

2.6.1 Suhu 14

2.6.2 Kecepatan arus 15

2.6.3 Kecerahan 16

2.6.4 Kedalaman Perairan 16

2.6.5 warna perairan 17

2.6.6 Substrat 18

BAB III. METODOLOGI 20

3.1. Waktu dan Tempat 20

3.2. Alat dan Bahan 20

3.2.1 Alat 20

3.2.2 Bahan 20

3.3. Langkah kerja 20

3.3.1 Pengamatan Terhadap Hama Yang Menyerang Ikan 20

3.3.2 Mengidentifikasi Gejala Penyakit Terhadap Tingkah Laku Ikan 20

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22

4.1. Hasil data 22

4.1.1 Praktik A 22

4.1.2 Hasil Faktor kondisi 23

4.1.3 Praktik B 24

4.2. Pembahasan 25

BAB V. KESIMPILAN DAN SARAN 29

5.1. Kesimpulan 29

5.2. Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 30

DAFTAR GAMBAR

1. Ikan koi jantan ..3

2. Ikan seribu 7

3. Keong mas 8

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Perikanan dan Kelauatan adalah salah satu sektor ekonomi yang sangat strategis bagi perkembangan pembangunan Indonesia melalui kegiatan ekspor produk perikanan. Saat ini pemerintah berusaha menjadikan sector kelautan dan perikanan sebagai salah satu sektor andalan yang diharapkan mampu mengeluarkan bangsa Indonesia dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Pembangunan sektor kelautan dan perikanan bertujuan untuk menyediakan protein hewani pada makanan dan bahan mentah bagi industri perikanan, meningkatkan pendapatan petani ikan, menciptakan kesempatan kerja dan bisnis dan meningkatkan devisa negara melalui promosi ekspor produk perikanan budidaya, dan dukungan daerah sebagaimana pembangunan nasional berkelanjutan.

Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan dalam berbagai bahasa daerah disebut iwak (jv, bjn), jukut (vkt).

1.2 Tujuan

• Mahasiswa dapat menganati bakteri, dan hama, parasit pada ikan

• Mahasiswa dapat mengetehui berbagai macam bakteri, hama, dan parasit pada ikan.

• Mahasia dapat memahami kolam semi intensif dan penebarannya

• Mahasiswa dapat mengetahui parameter Fisika air

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ikan koi

Koi (bahasa Tionghoa dan bahasa Jepang: 鯉, Romaji: koi) adalah jenis ikan karper Cyprinus carpio yang dipelihara untuk menghias rumah, berasal dari Tiongkok dan banyak tersebar di Jepang. Mereka berkerabat dekat dengan ikan mas, dan karena itu banyak orang menyebutnya ikan mas koi yang sebenarnya adalah misnomer. Koi dianggap membawa keberuntungan.

gambar 1. ikan koi jantan

2.2. Hama

Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa,membunuh dan mempengaruhi produktivitas ikan, baik secara langsung maupun secara bertahap. Hama bersifat sebagai organisma yang memangsa (predator), perusak dan kompetitor (penyaing). Sebagai predator (organisme pemangsa), yakni makhluk yang menyerang dan memangsa ikan yang biasanya mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dari ikan itu sendiri. Hama sering menyerang ikan bila masuk dalam lingkungan perairan yang sedang dilakukan pemeliharaan ikan. Masuknya hama dapat bersama saluran pemasukan air maupun sengaja datang melalui pematang untuk memangsa ikan yang ada.

Hama yang menyerang ikan biasanya datang dari luar melalui aliran air, udara atau darat. Hama yang berasal dari dalam biasanya akibat persiapan kolam yang kurang sempurna. Oleh karena itu untuk mencegah hama ini masuk kedalam wadah budidaya dapat dilakukan penyaringan pada saluran pemasukan dan pemagaran pematang. Hama ikan banyak sekali jenisnya antara lain larva serangga, serangga air, ikan carnivora, ular, biawak, buaya , notonecta atau bebeasan, larva cybister atau ucrit, berang-berang atau lisang, larva capung, trisipan. Hama menyerang ikan hanya pada saat ikan masih kecil atau bila populasi ikan terlalu padat. Sedangkan bila ikan mulai gesit gerakannya umumnya hama sulit memangsanya. Hama yang menyerang ikan budidaya biasanya berupa ular, belut, ikan liar pemangsa. Sedangkan hama yang menyerang larva dan benih ikan biasanya notonecta atau bebeasan, larva cybister atau ucrit. Ikan-ikan kecil yang masuk ke dalam wadah juga akan mengganggu. Meskipun bukan hama, tetapi ikan kecil-kecil itu menjadi pesaing bagi ikan dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah serangan hama terhadap ikan :

• Pengeringan dan pengapuran kolam sebelum digunakan. Dalam pengapuran sebaiknya dosis pemakaiannya diperhatikan atau dipatuhi.

• Pada pintu pemasukan air dipasang saringan agar hama tidak masuk ke dalam kolam. Saringan air pemasukan ini berguna untuk menghindari masuknya kotoran dan hama ke dalam kolam budidaya.

• Secara rutin melakukan pembersihan disekitar kolampemeliharaan agar hama seperti siput atau trisipan tidak dapat berkembangbiak disekitar kolam budidaya

Untuk menghindari adanya hama ikan, dilakukan pemberantasan hama dengan menggunakan bahan kimia. Akan tetapi penggunaan bahan kimia ini harus hati-hati hal ini mengingat pengaruhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Bahan kimia sintetis umumnya sulit mengalami penguraian secara alami, sehingga pengaruhnya (daya racunnya) akan lama dan dapat membunuh ikan yang sedang dipelihara. Oleh karena itu sebaiknya menggunakan bahan pemberantas hama yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti ekstrak akar tuba, biji teh, daun tembakau dan lain-lain. Bahan ini efektif untuk membunuh hama yang ada dalam kolam dan cepat terurai kembali menjadi netral. Pada Tabel 8.1. di bawah ini kandungan zat aktif serta dosis yang tepat untuk pemberantasan hama.

Ada beberapa tindakan penanggulangan serangan hama yang dapat dilakukan, antara lain adalah sebagai berikut :

2.2.1 Ular

Ular adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh panjang. Ular memiliki sisik seperti kadal dan sama-sama digolongkan ke dalam reptil bersisik (Squamata). Perbedaannya adalah kadal pada umumnya berkaki, memiliki lubang telinga, dan kelopak mata yang dapat dibuka tutup. Akan tetapi untuk kasus-kasus kadal tak berkaki (misalnya Ophisaurus spp.) perbedaan ini menjadi kabur dan tidak dapat dijadikan pegangan.

Ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia. Di gunung, hutan, gurun, dataran rendah, lahan pertanian, lingkungan pemukiman, sampai ke lautan, dapat ditemukan ular. Hanya saja, sebagaimana umumnya hewan berdarah dingin, ular semakin jarang ditemui di tempat-tempat yang dingin, seperti di puncak-puncak gunung, di daerah Irlandia dan Selandia baru dan daerah daerah padang salju atau kutub.

Banyak jenis-jenis ular yang sepanjang hidupnya berkelana di pepohonan dan hampir tak pernah menginjak tanah. Banyak jenis yang lain hidup melata di atas permukaan tanah atau menyusup-nyusup di bawah serasah atau tumpukan bebatuan. Sementara sebagian yang lain hidup akuatik atau semi-akuatik di sungai-sungai, rawa, danau dan laut. Ular memangsa berbagai jenis hewan lebih kecil dari tubuhnya. Ular-ular perairan memangsa ikan, kodok, berudu, dan bahkan telur ikan. Ular pohon dan ular darat memangsa burung, mamalia, kodok, jenis-jenis reptil yang lain, termasuk telur-telurnya. Ular-ular besar seperti ular sanca kembang dapat memangsa kambing, kijang, rusa dan bahkan manusia.

Ular memakan mangsanya bulat-bulat; artinya, tanpa dikunyah menjadi keping-keping yang lebih kecil. Gigi di mulut ular tidak memiliki fungsi untuk mengunyah, melainkan sekedar untuk memegang mangsanya agar tidak mudah terlepas. Agar lancar menelan, ular biasanya memilih menelan mangsa dengan kepalanya lebih dahulu. Beberapa jenis ular, seperti sanca dan ular tikus, membunuh mangsa dengan cara melilitnya hingga tak bisa bernapas. Ular-ular berbisa membunuh mangsa dengan bisanya, yang dapat melumpuhkan sistem saraf pernapasan dan jantung (neurotoksin), atau yang dapat merusak peredaran darah (haemotoksin), dalam beberapa menit saja. Bisa yang disuntikkan melalui gigitan ular itu biasanya sekaligus mengandung enzim pencerna, yang memudahkan pencernaan makanan itu apabila telah ditelan. Untuk menghangatkan tubuh dan juga untuk membantu kelancaran pencernaan, ular kerap kali perlu berjemur (basking) di bawah sinar matahari. Kebanyakan jenis ular berkembang biak dengan bertelur. Jumlah telurnya bisa beberapa butir saja, hingga puluhan dan ratusan butir. Ular meletakkan telurnya di lubang-lubang tanah, gua, lubang kayu lapuk, atau di bawah timbunan daun-daun kering. Beberapa jenis ular diketahui menunggui telurnya hingga menetas; bahkan ular sanca ‘mengerami’ telur-telurnya.

Sebagian ular, seperti ular kadut belang, ular pucuk dan ular bangkai laut ‘melahirkan’ anak. Sebetulnya tidak melahirkan seperti halnya mamalia, melainkan telurnya berkembang dan menetas di dalam tubuh induknya (ovovivipar), lalu keluar sebagai ular kecil-kecil.

Sejenis ular primitif, yakni ular buta atau ular kawat Rhampotyphlops braminus, sejauh ini hanya diketahui yang betinanya. Ular yang mirip cacing kecil ini diduga mampu bertelur dan berbiak tanpa ular jantan (partenogenesis).

Penanggulangan Ular

1. Ular tidak menyukai tempattempat yang bersih. Karena itu, cara menghindari serangan hama ular adalah dengan mejaga kebersihan lingkungan

kolam.

2. Karena ular tidak dapat bersarang di pematang tembok, sebaiknya dibuat pematang dari beton atau tembok untuk menghindari serangannya.

3. Perlu dilakukan pengontrolan pada malam hari. Jika ada ular, bisa langsung dibunuh dengan pemukul atau dijerat dengan tali.

Penanggulangan Belut

1. Sebelum diolah, sebaiknya kolam digenangi air setinggi 20 – 30 cm, kemudian diberi obat pembasmi hama berupa akodan dengan dosis rendah,

yakni 0,3 – 0,5 cc per meter kubik air.

2. Setelah diberi pembasmi hama, kolam dibiarkan selama 2 hari hingga belut mati. Selanjutnya air dibuang.

2.2.2 Gabus

Ikan gabus adalah sejenis ikan predator yang hidup di air tawar. Ikan ini dikenal dengan banyak nama di pelbagai daerah: bocek dari riau, aruan, haruan (Mly.,Bjn), kocolan (Btw.), bogo (Sd.), bayong, bogo, licingan (Bms.), kutuk (Jw.), kabos (Mhs.) dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris juga disebut dengan berbagai nama seperti common snakehead, snakehead murrel, chevron snakehead, striped snakehead dan juga aruan. Nama ilmiahnya adalah Channa striata (Bloch, 1793).

Penanggulangan Ikan Gabus

1. Memasang saringan di pintu pemasukan air kolam, sehingga hama ikan gabus tidak dapat masuk.

2. Mempertinggi pematang kolam agar ikan gabus dari saluran atau kolam lain tidak dapat loncat ke kolam yang berisi ikan.

2.2.3 Ikan Seribu

Gupi, ikan seribu, ikan cere, atau suwadakar (Poecilia reticulata), adalah salah satu spesies ikan hias air tawar yang paling populer di dunia. Karena mudahnya menyesuaikan diri dan beranak-pinak, di banyak tempat di Indonesia ikan ini telah menjadi ikan liar yang memenuhi parit-parit dan selokan. Dalam perdagangan ikan hias dikenal sebagai guppy atau juga millionfish[1], di berbagai daerah ikan ini juga dikenal dengan aneka nama lokal seperti gepi (Btw.), bungkreung (Sd.), cethul atau cithul (Jw.), klataw (Bjn), dan lain-lain. Gambar 2 ikan seribu

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah serangan hama ini terhadap ikan :

• Pengeringan dan pengapuran kolam sebelum digunakan. Dalam pengapuran sebaiknya dosis pemakaiannya diperhatikan atau dipatuhi.

• Pada pintu pemasukan air dipasang saringan agar hama tidak masuk ke dalam kolam. Saringan air pemasukan ini berguna untuk menghindari masuknya kotoran dan hama ke dalam kolam budidaya.

• Secara rutin melakukan pembersihan disekitar kolampemeliharaan agar hama seperti siput atau trisipan tidak dapat berkembangbiak disekitar kolam budidaya.

2.2.4 Keong Emas

Keong mas pada kolam, rawa, dan lahan yang selalu tergenang termasuk sawah, didaerah tropik dan subtropik dengan temperatur terendah 10˚C (Anonim, 2006). Hewan ini mempunyai insang dan organ yang berfungsi sebagai paru-paru yang digunakan untuk adaptasi di dalam air maupun di darat. Paru-paru merupakan organ tubuh yang penting untuk hidup pada kondisi yang berat. Gabungan antara operculum dengan paru-paru merupakan daya adaptasi untuk menghadapi kekeringan. Jika air berkurang dan tanah atau lumpur menjadi kering, keong mas membenamkan diri ke dalam tanah, sehingga metabolisme berkurang dan memasuki masa diapause. Fungsi paru-paru bukan hanya untuk bernafas tetapi juga untuk mengatur pengapungan. Keong mas dapat hidup pada lingkungan yang berat, seperti air yang terpolusi atau kurang kandungan oksigen.

gambar 3. Keong emas

2.3 PENYAKIT

Pada kebiasaannya, penyakit-penyakit ikan adalah disebabkan oleh patogen

(agen-agen yang menyebabkan penyakit) seperti berikut :-

a) Parasit (Endoparasit/Ektoparasit)

b) Kulat

c) Bakteria

d) Virus

e) Punca-punca lain seperti faktor genetik dan persekitaran

i) Penyakit Primer

Penyakit ini berlaku apabila ikan saling bertindak dengan patogen buat pertama

kalinya. Ini berlaku apabila kita campurkan ikan yang besar dengan ikan yang

kecil. Ikan besar walaupun mempunyai patogen tetapi ianya tidak menunjukkan

tanda-tanda penyakit kerana ikan tersebut sudah lali terhadap penyakit itu. Bagi

ikan yang kecil dan baru pertama kali bertemu dengan patogen, ia mudah

diserang penyakit. Dalam proses pengawanan ikan, penyakit primer juga boleh

berlaku dimana patogen dari induk akan merebak kepada anak.

ii) Penyakit sekunder

Penyakit ini berlaku apabila faktor-faktor tekanan yang boleh melemahkan ikan

wujud dan menyebabkan ikan (termasuk ikan yang lali terhadap sesuatu

penyakit) senang diserang oleh patogen. Ini adalah kerana dalam keadaan

biasa(tanpa tekanan) terhadap patogen-patogen tetapi dengan adanya faktorfaktor

tekanan,seperti suhu, mutu air dan lain-lain, ikan menjadi lemah dan daya

ketahannya tidak cukup untuk melawan serangan patogen.

2.3.1 Ciri-ciri ikan berpenyakit

a. Ciri ikan yang terdeteksi terkena penyakit dilihat dari tingkah laku

* Ikan cenderung naik kepermukaan

* Berenang lamban

* Cenderung memisahkan diri

* Nafsu makan berkurang

* Menggosok-gosokan tubuh kedinding kolam

b. Gejala klinis

* Warna tubuh abnormal

* Sisik terkuak

* Mata menonjol

* Tubuh kasap

* Borok dipermukaan tubuh

* Insang rusak

* Sirip teriritasi

* Hati abnormal

2.3.2 Pengendalian penyakit

Pada prinsipnya pencegahan akan lebih baik dan efektif daripada mengobati. Dibawah ini ada hal yang harus diperhatikan dalam pengendalian penyakit

* Inang

* Lingkungan

* Pathogen

Ketiga faktor diatas sangat berkaitan satu sama lain, dengan contoh bila kolam atau media ikan tidak sesuai standar persiapan kolam(lingkungan) maka akan memudahkan penyakit menempel pada inang begitupun sebaliknya inang tidak akan terhinggap penyakit bila lingkungan sudah dipersiapkan sesuai standar dengan contoh adanya pengapuran dan pemupukan begitupun kondisi suhu air yang ideal.

Penyakit pada ikan terbagi kedalam

* Parasit

* Jamur

* Bakteri

* virus

a. Parasit Trichodina sp

Tanda penyakit : Kulit teriritasi, kumis kriting pada lele

Pengendalian : Methylene blue+Nacl, garam 500-1000 ppm

Epistilis sp

Pada ikan hias terlihat benjolan putih pada permukaan kulit, tampilan pucat

Pengendalian : Formalin 25 ppm, garam 500-1000 ppm

Chillodonella sp

Tanda penyakit: Gerakan lamban, warna tubuh pucat, kulit teriritasi

Pengendalian : Formalin 25 ppm, garam 500-1000 ppm

Myxosporea

Tanda penyakit: Insang putih

Pengendalian : Dengan pengapuran.

Lernaea sp

Tanda penyakit: Pendarahan poda lokasi infeksi, kurang nafsu makan

Pengendalian : Dengan pengapuran

b. Jamur

Achlya sp dan Saprolegina sp

Tanda penyakit adanya hypa (seperti kapas)

Pengendalian : Methylene blue

c. Bakteri Aeromonas hydrophila

Tanda penyakit : Borok, dropsy, iritasi sirip, sisik menguak.

Pengendalian : Antibiotic yang diijinkan

d. Virus Koi Herpes Virus ( KHV )

Tanda penyakit: Kematian masal, kerusakan insang

Pengendalian : Dengan caya meningkatkan daya tubuh ikan dengan pemberian vitamin C untuk ikan yang belum terserang.

2.4 FAKTOR KONDISI

Salah satu derivat penting dari pertumbuhan ialah faktor kondisi atau index preponderance dan sering disebut pula sebagai faktor K. Faktor kondisi ini menunjukkan keadaan baik dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi. Kondisi ini mempunyai arti kualitas dan kuantitas daging ikan yang tersedia untuk dapat dimakan. Jadi kondisi disini mempunyai arti dapat memberi keterangan baik secara biologis atau secara komersial .

Pertumbuhan seekor ikan dapat diukur dari tambahan panjang badan dan kenaikan bobotnya, maka untuk mengetahui normal tidaknya pertumbuhan ikan pemeliharaan, sebaiknya kita mengukur panjang dan menimbang bobot badan ikan itu, setiap kali sebelum menebar, dan setiap kali memungut hasil yang diukur ialah panjang standard, yaitu panjang antara ujung moncong dan pangkal sirip ekor tanpa mengikutsertakan sirip ekor. Bila ikan tumbuh normal atau baik, bobotnya akan bertambah sesuai dengan pertambahan panjangnya. Makin panjang ikan itu, makin beratlah badannya seharusnya.

faktor kondisi atau indeks ponderal dapat disebut pula sebagai faktor K, merupakan salah satu derivat penting dari pertumbuhan. Faktor kondisi ini berguna untuk menunjukkan keadaan baik dari ikan. Keadaan ikan tersebut dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi. Penggunaan faktor kondisi bila dipandang dari segi komersial maka mempunyai arti kualitas dan kuantitas daging ikan yang tersedia untuk dapat dimakan sehingga faktor kondisi di sini mempunyai arti dapat memberikan keterangan baik secara biologis maupun komersial.

Selama dalam pertumbuhan, tiap pertambahan berat material ikan akan bertambah panjang dimana perbandingan liniernya akan tetap. Dalam hal ini dianggap bahwa berat ikan yang ideal sama dengan pangkat tiga dari panjangnya dan berlaku untuk ikan kecil atau besar. Bila terdapat berat tanpa diikuti oleh perubahan panjang atau sebaliknya, akan menyebabkan perubahan nilai perbandingan.

faktor kondisi bergantung pada sistem ukuran yang dipakai maka faktor kondisi ini ada tiga macam:

1. Sistem metrik, dengan rumus:

K= 100 W (gram) / L3(mm) atau K=10.000 W (gram) / L3(mm)

2. Sistem Inggris, dengan rumus:

C= 10.000 W (pounds) / L3 (inches)

3. Sistem Campuran, dengan rumus:

R= 100 W (gram) / L3 (inches)

Tujuan dari perkalian angka tertentu dengan W/L3 agar dapat dicapai angka yang mendekati nilai satu (unity). Sistem metrik banyak digunakan di negara-negara yang telah menggunakan sistem metrik terlebih dahulu. Sedangkan sistem Inggris banyak dipakai di Inggris dengan negara Common wealth, dan sistem campuran banyak digunakan di Amerika Serikat. Namun sekarang hampir semua negara sudah menggunakan sistem metrik .

Seperti telah dikemukakan didalam hubungan panjang berat bahwa panjang ikan tidak selamanya mengikuti hukum kubik atau panjangnya selalu berpangkat tiga, dimana hubungan tadi ialah W = cLn. Apabila menghitung kondisi berdasarkan hubungan panjang berat dengan menggunakan rumus tadi, maka kita akan mendapatkan faktor kondisi yang dinamakan faktor kondisi relatif (Kn), dengan perumusan Kn = W / aLn, yaitu yang berdasarkan pengamatan dibagi dengan berat yang berdasarkan kepada dugaan berat dari panjangnya, yaitu berdasarkan kelompok umur, kelompok panjang atau sebagian dari populasi. Menurut Carlender ,faktor kondisi relatif tidak cocok untuk membandingkan diantara populasi.

2.5 kualitas air

Kualitas air kolam haruslah dijaga dengan baik agar pertumbuhan ikan peliharaan bisa maksimal. Air merupakan habitat bagi kelangsungan hidup ikan air tawar, jika habitatnya baik maka ikan pun akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula.Ada banyak faktor yg mempengaruhi kualitas air kolam, namun yg terpenting harus dijaga yaitu keadaan suhu serta kadar oksigen. Suhu air sangat berpengaruh terhadap kondisi nafsu makan dari ikan-ikan yg hidup didalamnya. ketidak-stabilan dan ketidak-cocokan suhu air kolam menyebabkan terganggunya nafsu makan ikan sehingga pakan yg telah diberikan banyak yg tidak termakan. Sisa-sisa pakan yg masih terdapat di air kolam lama kelamaan akan membusuk & menghasilkan senyawa beracun. Akibat dari reaksi pembusukan ini bisa menyebabkan kadar Oksigen menurun. Jika air kolam kekurangan Oksigen maka ikan-ikan akan menjadi lemas dan hilang nafsu makan. Apalagi jika penghuninya terlalu padat.Untuk itu untuk kita harus menjaga kualitas air kolam agar pertumbuhan dan perkembangan ikan bisa maksimal dengan cara:

• Menjaga kestabilan suhu air

• Menjaga agar ikan-ikan yg berada dalam suatu kolam jangan terlalu padat

• Diberikan obat perangsang nafsu makan ikan serta cara Pemberian|Penggunaan Pakan Ikan Buatan dgn Baik dan Benar agar tidak banyak sisa pakan yg membusuk

• Diperlukan Usaha Mencegah Penurunan Kadar Oksigen dalam Air Kolam

• Mengetahui cara menjaga perubahan kadar pH air kolam ikan

2.6 Parameter Fisika

2.6.1. Suhu

a. Pengertian

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyerapan organisme. Proses kehidupan vital yang sering disebut proses metabolisme. Hanya berfungsi dalam kisaran suhu yang relatif sempit. Biasanya 00C-40C (Nybakken 1992 dalam sembiring, 2008)

Menurut Handjojo dan Djoko Setianto (2005) dalam Irawan (2009), suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolism dan berkembang biak. Suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting di air

b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi suhu

Pola temperature ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopii (penutup oleh vegetari) dari pepohonan yang tumbuh sel tepi (Brehm dan Melfering, 1990, dalam Barus, 2010). Disamping itu pola temperature perairan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor anthrcopogen (faktor yang diakibatkan oleh aktifitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari pendinginan pabrik. Pengunduran BAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung. Hal ini terutama akan menyebabkan peningkatan temperatur suatu sistem perairan (Barus, 2001)

Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi suhu dan salinitas di perairan ini adalah penyerapan panas (heat flux) curah hujan (prespiration) aliran sungai (Flux) dan pola sirkulasi air (Hadikusumah, 2008)

2.6.2 Kecepatan Arus

a. Pengertian

Menurut Barus (2001), arus air adalah faktor yang mempunyai peranan yang sangat penting baik pada periran letik maupun pada perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara vertikal. Arus air pada perairan lotik umumnya bersifat tusbulen yaitu arus air yang bergerak ke segala arah sehingga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan.

Menurut Husabarat dan Stewart (2008), arus merupakan gerakan air yang sangat luas terjadi pada seluruh lautan di dunia. Arus-arus ini mempunyai arti yang sangat penting dalam menentukan arah pelayaran bagi kapal-kapal.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Menurut Barus (2001), pada ekosistem lentik arus dipengaruhi oleh kekuatan angin, semakin kuat tiupan angin akan menyebabkan arus semakin kuat dan semakin dalam mempengaruhi lapisan air. Pada perairan letik umumnya kecepatan arus berkisar antara 3 m / detik. Meskipun demikian sangat sulit untuk membuat suatu batasan mengenai kecepatan arus. Karena arus di suatu ekosistem air sangat berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung dari fluktuasi debit dan aliran air dan kondisi substrat yang ada.

Kecepatan arus sungai dipengaruhi oleh kemiringan, kesuburan kadar sungai. Kedalaman dan keleburan sungai, sehingga kecepatan arus di sepanjang aliran sungai dapat berbeda-beda yang selanjutnya akan mempengaruhi jenis substrat sungai (Ozum, 1993 dalam Suliati, 2006).

2.6.3. Kecerahan

a. Pengertian

Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan dalam air dan dinyatakan dengan persen (%) dari beberapa panjang gelombang di daerah spectrum yang terlihat cahaya yang melalui lapisan sekitar satu meter, jatuh agak lurus pada permukaan air (kerdi dan Tancung, 2007).

Kecerahan air berkisar antara 40-85 cm. tidak menunjukkan perbedaan yang besar. Kecerahan air pada musim kemarau (Juli – September 2000) adalah 40-85 cm dan pada musim hujan (November dan Desember 2000) antara 60-80 cm. kecerahan air di bawah 100 cm tergolong tingkat kecerahan rendah (Akromi dan Subroto, 2002).

b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi

Kejernihan sangat ditentukan oleh partikel-partikel terlarut dan Lumpur. Semakin banyak partikel atau bahan organik terlarut maka kekeruhan akan meningkat. Kekeruhan atau konsentrasi bahan tersuspensi dalam perairan akan menurunkan efisiensi makan dari organisme (Sembiring, 2008).

Menurut Effendi (2003),Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan recchi disk. Kekeruhan pada perairan yang tergenang (lentik), misalnya danau, lebih banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel –partikel halus. Sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar yang berupa lapisan permukaan tanah yang terletak oleh aliran air pada saat hujan.

2.6.4 Kedalaman Perairan

a. Pengertian

Kedalaman merupakan parameter yang penting dalam memecahkan masalah teknik berbagai pesisir seperti erosi. Pertambahan stabilitas garis pantai, pelabuhan dan kontraksi, pelabuhan, evaluasi, penyimpanan pasang surut, pergerakan, pemeliharaan, rute navigasi (Roonawale et al, 2010)

Batimetti (dari bahasa Yunani. Barus, berarti kedalam dan ukuran) adalah ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga dimensi lantai samudra atau danau. Sebuah peta gatimetri umumnya menampilkan relief pantai atau daratan dengan garis-garis kontor (Contor lines) yang disebut kontor kedalaman (depth contous atau subath) (Aridianto, 2010)

b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi

Menurut Ariana (2002) bathmmetri adalah ukuran tinggi rendahnya dasar laut. Perubahan kondisi hidrografi di wilayah perairan laut dan pantai di samping disebabkan oleh fenomena perubahan penggunaan lahan di wilayah tersebut dan proses-proses yang terjadi di wilayah hulu sungai. Terbawanya berbagai material partikel dan kandungan oleh aliran sungai semakin mempercepat proses pendangkalan di perairan pantai.

Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada lokasi tersebut. Lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadinya pengadukan dasar akibat dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya kedalaman perairan lebih dari 3 m dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya kedalaman perairan lebih dari dasar jaring (Setiawan, 2010)

2.6.5. Warna perairan

a. Pengertian

Menurut Marindro (2002). Kriteria warna air tambak yang dapat dijadikan acuan standart dalam pengelolaan kualitas air adalah seperti di bawah ini:

1. warna air tambak hijau tua yang berarti menunjukkan adanya dominasi chloropiceae dengan sifat lebih stabil terhadap perubahan lingkungan dan cuaca karena mempunyai waktu moralitas yang relatif panjang.

2. warna air tampak kecoklatan yang berarti menunjukkan adanya dominasi diatamoe

3. warna air tambak hijau kecoklatan yang berarti menunjukkan dominasi yang terjadi merupakan perpaduan antara chlorocyiceae

warna air merupakan salam satu unsur dari parameter fisika terhadap standar persyaratan kualitas air (Darmayanto, 2009).

Warna air merupakan hasil refleksi kembali dari berbagai panjang gelombang cahaya sejumlah material yang berada dalam air yang tertangkap oleh mata. Material dalam air dapat berupa jumlah zat tersuspensi (TDS) (pemuji dan Anthonius, 2010).

b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi

Warna perairan pada umumnya disebabkan oleh partikel koloid bermuatan negatif, sehingga penghilangan warna di perairan dilakukan dengan penambahan koagulan yang bermuatan positif. Misalnya alumunium dan besi (Sawyer dan Mclarty, 1978). Warna perairan juga dapat disebabkan oleh peledakan (Blooming) Fitoplankton (algae) (Effendi, 2003).

Warna air pada kolam dan tambak, baik sistem tradisional demi intensif maupun intensif bermacam-macam. Adanya warna air tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain hadirnya beberapa jenis plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton, larutan tersuspensi, dekomposisi bahan organik, mineral ataupun bahan-bahan lain yang terlarut dalam air (Kordi, 2009).

2.6.6. Substrat

a. Pengertian

Menurut Flamid (2010), bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari, bahan lain hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan atau lingkungan tempat hidup.

Menurut Djum 1971 dalam Sahri et al. 2000. substrat dasar yang berupa batuan merupakan habitat yang penting baik dibandingkan dengan substrat pasir dan kerikil. Substrat pasir dan kerikil mudah sekali terbawa oleh arus air. Sedangkan substrat batuan tidak mudah terbawa oleh arus air.

b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi

Kandungan bahan organik menggambarkan tipe dan substrat dan kandungan nutrisi di dalam perairan. Tipe substrat berbeda-beda seperti pasir Lumpur dan tanah liat (Sembiring, 2008)

Menurut Suliati (2006), kecerahan arus sungai dipengaruhi oleh kemiringan. Kekasanan kadar sungai. Kedalaman dan kelebaran sungai sehingga kecepatan arus di sepanjang aliran sungai dapat berbeda-beda yang selanjutnya akan mempengaruhi jenis substrat dasar sungai pada umumnya, tipe substrat dalam sungai dapat berupa Lumpur, pasir, kerikil dan sampah.

III METODOLOGI

3.1 Waktu Dan Tempat

Kegiatan praktikum dilakukan pada hari Selasa, tanggal 23 April 2013 jam 13.00 . Dan praktikum ini dilakukan di Laboratorium daan kolam Departement Budidaya Perikanan vedca cianjur.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Scoopnet Serokan

Bascom Botol sempel

Alat tulis Penggaris ukur

Timbangan Seperangkat alat kualitas air

3.2.2 Bahan

Kolam Alat tulis

Alat hitung Areal budidaya

3.3. Langkah Kerja

3.3.1 Pengamatan Terhadap Hama Yang Menyerang Ikan

• Lakukan identifikasi jenis hama yang menyerang (melalui udara,darat, dan air) ikan pada kolam budidaya

• Catat dan gambarkan jenis hama yang menyerang kolam budidaya ikan tersebut kedalam table yang telah disediakan pada hasil praktikum

• Kelompok hama yang menyerang ikan tersebut berdasarkan sifatnya dan arah penyerangannya. Catat hasil ke dalam tabel yang telah disediakan pada lembar praktikum

• Buatlah hasil laporan praktikum

3.3.2 Mengidentifikasi Gejala Serangan Penyakit Terhadap Tingkah Laku Ikan

• Lakukan pengamatan terhadap kuaalitas air lingkungan budidaya yang diamati dan catat hasilnya ke dalam tabel yang disediakan pada hasil praaktik

• Ambil sempel beberapa ikan yang u pada kolam tersebut secara acak, kemudian hitung dan tentukan faktor kondisinya . faktor kondisi di hitung menggunakan rumus :

100 M

K =

L3

Ikan mempunyai nilai K yang berbeda-beda tergantung jenisnya bila nilai K berubah dari normal maka ikan dikatakan sakit. Pada ikan mas sehat K= 1,9 sedangkan yang sakit K= 1,6 ikan yang mempunyai K1)

2. Keong Emas Memakan telur ikan Pemakan (Predator) Banyak

(>1)

4.1.2 Hasil Faktor kondisi

Ikan Nila

• Ikan 1

b = 225 gr

P = 22 cm

K = 100 M

L3

= 100.225

223

= 22500

10648

= 2,1

• Ikan 2

b = 150 gr

P = 19 cm

K = 100 M

L3

= 100.150

193

= 15000

6859

= 2,1

• Ikan 3

b = 225 gr

P = 22 cm

K = 100 M

L3

= 100. 210

213

= 210000

9261

= 2,2

4.1.3 PRAKTIK B

Komoditas yang dibudidayakan : IKAN KOI

A. Tabel pengamatan Kualtas Air

No Parameter Nilai Keterangan

Optimum Pengamatan sesuai Tidak

sesuai

1 Suhu (oC) 25-28 29 

2 pH Air 6,8-8,2

3 DO (mg/L) >5 5,1 

4 Kecerahan (cm) >30 6 

B. Tabel Hasil Pengamaatan Kondisi Budidaya

No Parameter Keterangan

1 Kondisi Awal Budidaya 162 ekor /m2

300 gr

Padat tebar awal (ekor/m2)

Bobot ikan awal penebaran (g)

2 Pakan Pelet

3 %

2 kali

Jenis pakan yang diberikan

Feeding Rate (100%)

Feeding time

3 Kondisi Air 160 ekor / m2

350 -400 gr

M = 2 x 100 %

162

= 1,2 %

Padat Tebar (ekor/m2)

Bobot tubuh ikan (g)

Presentase Mortalitas

C. Tabel pengamatan kelainan tingkah laku ikan dan komsumsi pakan

A. Ikan Koi

No Tingkah laku ikan Ya Tidak

1. Terdapat ikan yang megap megap di permukaan air 

2. Terdapat ikan yang berenang tidak normal 

3. Terdapat ikan yang berlendir dalam jumlah banyak 

4. Terdapat ikan yang berwarna pucat 

5. Terdapat ikan yang mengalami kerusakan organ luar 

6. Nafsu makan ikan menurun 

B. Ikan Nila

No Tingkah laku ikan Ya Tidak

1. Terdapat ikan yang megap megap di permukaan air 

2. Terdapat ikan yang berenang tidak normal 

3. Terdapat ikan yang berlendir dalam jumlah banyak 

4. Terdapat ikan yang berwarna pucat 

5. Terdapat ikan yang mengalami kerusakan organ luar 

6. Nafsu makan ikan menurun 

4.2 Pembahasan

Pengamatan praktik A membahas tentang kontruksi kolam yang dimana kolam yang digunakan semi intensif (dinding pematang beton/semen) dengan bagian bawah masih tanah. Ikan yang di pelihara adalah ikan koi dengan salauran inlet yang masih bagus dan saluran outlet yang terdapat ada yang bocor mengakibatkan debit inlet harus di samakan dengan debit outlet yang bocor tersebut.

Hama yang menyerang ikan di kolam terdapat ikan seribu , yang dimana ikan seribu itu sebagai penyaing (kompotitor) makanan ikan mas koi jika pakan yang diberikan 3 % maka bisa mengakibatkan yang di makan ikan koi mungkin bisa 2 % dan pemberian pakan pembesaran adalah 3-5 ikan harus memakan pakan buatan dalam bentuk pellet yang diberikan sebanyak 3-5% sehari dan frekuensi pemberian pakan 3-5 kali sehari. Pakan buatan tersebut harus mengandung protein 20-30%.(gusrina 2008).

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

5.1.1 Praktik A

kolam menggunakan kolam semi intensif dan dengan luas kolam yang sudah standar jenis ikan di budidayakan ikan mas koi . hanya saja saluran outlet yang terlihat bocor akibat belom adanya perbaikan kolam. Hama yang menyerang cenderung hanya 2-4 spesies saja dan mengakibatkan kira-kira sekitar 0,5 – 1 % pakan untuk ikan koi di makan oleh kompotitor ikan seribu. Dapat disimpulkan bahwa kolam baik hanya outlet yang bocor dan feeding rate pakan berkurang sekitar 0,5 – 1 % .

5.1.2 Praktik B

Kolam budidaya ikan koi yang tidak sesuai dengan optimum parameter fisika nya yaitu Suhu air, Kecerahan air. Kematiaan ikan koi sekitar 1,2 % dalam kolam. Ikan nila yang diamati hampir semua terkena ciri-ciri penyakit akibat perubahan kualitas air, asidosis, swimbleder, alkalosis , apoksia / hipoksia , gas bablelisis.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kenesius, Yogyakarta

Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 1 untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

http://www.dejeefish.com/penyakitikan.html (unduh tanggal 28 april 2013 jam 19.30)

http://www.cp-petfood.com/article/penyakit-penyakit-pada-ikan-air-tawar (unduh tanggal 28 april 2013 jam 19.30)

http://budidayaukm.blogspot.com/2011/07/cara-menjaga-kualitas-air-kolam-ikan.html(unduh tanggal 28 april 2013 jam 19.30)

http://siklushidupkeongmas.blogspot.com/2011/10/dulunya-keong-emas-berasal-dari-amerika.html (unduh tanggal 28 april 2013 jam 19.30)

http://ranifiskimper.blogspot.com/(unduh tanggal 28 april 2013 jam 19.30)

http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_nila (unduh tanggal 28 april 2013 jam 19.30)

http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_koi (unduh tanggal 28 april 2013 jam 19.30)

Tucker, C.S and Hargreaves, J.A. 2004. Biology and culture of Channel Catfish. Elsevier. B.V. Amsterdam.

http://elfianpermana010.wordpress.coM