Ikan adalah makanan yang bergizi tinggi baik hidup di air laut maupun air tawar. Bahkan, makan ikan disarankan setidaknya sekali dalam sepekan untuk mendapatkan manfaatnya bagi tubuh. Dalam kebanyakan daging ikan ditemukan gizi seperti asam lemak omega 3, yodium, zat besi, hingga vitamin B. Kandungan omega 3 yang tinggi menjadikan ikan difavoritkan sebagai menu penunjang kecerdasan. Namun perlu dipahami, ada bahaya makan ikan kalau sudah dikemas dalam bentuk kalengan.

Ikan yang sudah dikemas dalam kaleng biasanya menjadi pilihan praktis untuk dimakan dengan cepat. Produsen juga telah memasak dan memberikan bumbu, agar ketika dibuka tinggal memanaskannya sebentar untuk dimakan. Hanya saja mengonsumsi ikan segar jauh lebih direkomendasikan. Bahaya makan ikan yang dikemas dalam kaleng kurang lebih seperti ini:

Ikan tuna dalam kaleng, misalnya, mengandung kadar methylmercury. Merkuri adalah racun yang akan menyerang saraf. Tubuh secara perlahan bisa membuang merkuri. Namun jika asupan merkuri terlalu tinggi pada tubuh maka zat tersebut menjadi racun mematikan yang tidak bisa dibuang secara cepat. Akibat dari akumulasi merkuri dalam jangka panjang adalah merusak jaringan tubuh seperti pada otak dan ginjal. Gejala keracunan merkuri adalah ada kulit yang mati rasa, tubuh gemetar (tremor), sulit berjalan, gangguan penglihatan, masalah memori, kejang, dan kerusakan otak anak jika keracunan terjadi pada ibu hamil atau menyusui. Disarankan mengonsumsi ikan dalam kaleng ini tidak terlalu sering agar kadar merkuri yang mungkin ada, masih bisa ditoleransi tubuh.

Kaleng mengandung zat Bisphenol A (BPA). BPA adalah salah satu bahan kimia yang sering digunakan sebagai penyusun fisik kaleng. BPA yang ada pada kaleng dimungkinkan dapat meresap pada produk ikan yang dikemas. Akibatnya, ikan menjadi terkontaminasi. Menurut laporan dari BPOM-nya Amerika Serikat, Food and Drug Administration (FDA), BPA berpengaruh pada perilaku, otak, dan kelenjar prostat pada janin, bayi, hingga anak-anak. BPA sebelumnya kerap ditambahkan pada barang-barang yang terbuat dari plastik bahkan yang diperuntukkan sebagai alat makan dan minum. Namun sekarang, mulai banyak produk peralatan makan maupun minum yang sama sekali tidak memakai BPA sebagai penyusunnya sehingga lebih aman untuk kesehatan. Meski begitu, menurut studi di tahun 2014 yang diterbitkan dalam Journal of Exposure Science and Environmental Epidemiology, mengonsumsi ikan kaleng tidak lantas pasti akan membuat seseorang memiliki kandungan BPA tinggi dalam air seninya.

Kandungan garam yang tinggi. Saat ini kebanyakan ikan kaleng diberikan kandungan garam yang cukup tinggi. Rasa asinnya cukup menyengat lidah. Dalam 3 ons ikan kaleng kurang lebih terdapat garam sebanyak 354 miligram. Bahaya makan ikan yang banyak garam di antaranya banyak orang mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi) dan meingkatkan risiko penyakit jantung akibat dari garam yang tinggi dari makanan kalengan. Cairan tubuh akan terserap oleh garam sehingga bisa menimbulkan dehidrasi hingga darah lebih kental. Oleh sebab itu, ada baiknya memilih ikan kaleng yang dikemas tanpa penambahan garam walaupun harganya mungkin sedikit mahal. Asupan garam setiap hari bagi orang dewasa sebaiknya tidak melebihi dari angka 1.500 miligram.